BAB I
PENDAHULUAN
Banyak menyebutkan bahwa akuntansi yang sekarang ini diklaim
berasal dari Barat. Keberadaan akuntansi Barat atau konvensional yang selama
ini berkembang terutama yang kita kenal dalam teorinya Luca Pacioli, telah
mengakar dalam arah pemikiran dan praktik di dunia bisnis hampir seluruh
negara. Selama kurun waktu berlangsung, banyak juga kontroversi diantara
sejarahwan yang meneliti tentang perkembangan akuntansi bahwa akuntansi itu
bukan berasal dari Barat. Sebenarnya Luca Pacioli bukanlah orang yang menemukan
double entri accounting system. Karena sistem tersebut telah dilakukan
sejak adanya perdagangan antara Vevine dan Genoa pada awal abad ke-13 M.
Jika kita cermati ke masa lalu sebelum Luca Pacioli, maka
pernyataan Sh. Shehata bahwa akuntansi Islam bukanlah seni dan ilmu baru. Banyak
tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh dalam proses perkembangan akuntansi. Dari
peradaban Islam yang pertama, Islam sudah memiliki yang namanya “Baitul Mal”
yang merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai bendahara negara serta
menjamin kesejahteraan masyarakat. Masyarakat muslim sejak itu telah memiliki
jenis akuntansi yang disebut “ Kitabat Al-Amwal” (pencatatan uang).
Dipihak lain istilah akuntansi telah disebutkan dalam beberapa karya tulis umat
Islam sebelum double entry ditem
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Akuntansi
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti yaitu
bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan
perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut.
Akuntansi yang kita kenal sekarang secara historis literatur yang
ada menyatakan bahwa akuntansi itu lahir dari seorang pendeta asal Italia
sekaligus ahli matematika yaitu Lucas Pacioli. Dalam bukunya yang ditulis itu
berjudul “Summa de Arithmatica Geometria et Proportionalita” yang terbit
pada tahun 1494. Salah satu babnya memuat judul tentang double entry
accounting system. Dari judul tersebut, maka menurut penulis Barat
akuntansi itu berasal dari bukunya Pacioli ini.hal ini dapat dilihat dari
gambaran sejarah awal akuntansi (Vernon Kam,1989) berikut :
3000
BC 2000 BC 1000 BC 1 5 th 13 th
Dalam gambar ini terlihat bahwa banyaknya anggapan yang menyatakan
bahwa seolah perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini berasal dari penemuan
Barat. Dilamnya ada beberapa kemajuan peradaban yang disembunyikan/dilangkahai seperti
peradaban Islam (600-1250 M),Romawi,Yunani, kebudayaan Cina, India dan Parsi.
Pada buku yang
ditulisnya dikenal sebagai dasar perhitungan akuntansi modern. Bahkan, hampir
seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita jalankan seperti penggunaan jurnal,
buku besar, dan memorandum. Pada penjelasan buku besar telah termasuk mengenai
aset, utang, modal, pendapatan dan beban. Ia juga telah menjelaskan mengenai
ayat jurnal penutup (closing entries),
dan menggunakan neraca saldo (trial balance), untuk mengetahui
buku besar (ledger). Penjelasan ini memberikan dasar untuk akuntansi
biaya dan juga etika dalam akuntansi.
Sebenarnya Luca
Pacioli bukanlah orang yang menemukan double entry accounting system.
Karena sisten tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan antara Vevine
dan Genoa pada awal abad ke-13 M setelah terbukanya jalur perdagangan antara
timur Tengan dengan kawasan Mediterania. Bahkan pada Tahun 1340 M, bendahara
kota Massri telah melakukan pencatatan dalam bentuk double entry. Hal ini juga
diakui oleh Luca Pacioli.
B.
Akuntansi dan Kontroversi Sejarah
Vernon Kam (1990) dalam
bukunya Accounting Theory menyatakan bahwa : “ menurut sejarahnya, kita
mengetahui sistem pembukuan double entry muncul di Italia pada abad
ke-13 M. Itulah catatan paling tua yang kita miliki mengenai sistem akuntansi double
entry sejak akhir abad itu. Namun ada kemungkinanbahwa sistem double entry
ini sudah ada sebelumnya.”
Pendapat ini banyak di dukung oleh berbagai penemuan sebagai
berikut:
1.
Littleton’s Antecedent
Agar double entry
muncul kepermukaan aka tentu ada persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan
itu adalah “materi” dan “bahasa”. Dalam hal ini tercakup kepribadian yang
dimiliki oleh seseorang. Untuk kelompok materi dimasukkannnya kekayaan pribadi,
Catatan tahapan sejarah perkembangan akuntansi Barat :
1.
Periode Awal
Periode ini mekanisme atau metodologi akuntansi berbentuk tata buku
untuk mencatat transaksinya.
2.
Tahap Kedua
Tahap kedua ini adalah tahappertumbuhan teori akuntansi. Pada tahap
ini secara perlahan mulai berkembang untuk meninggalkan tata buku.
3.
Tahap Ketiga
Tahap ketiga ini peranan akuntansi adalah dapat mengontrol
individualisme perusahaan yang tidak memerhatikan kepentingan sosial.
modal, uang dan
perhitungan. Dan menurut Littleton’s ini, persyaratan seperti ini belum dikenal
sebelum Pacioli. Kalaupun ada pasti belum memiliki intensitas sempurna pada
masa peradaban kuno. Akan tetapi setelah hal ini dikenal maka inilah yang
menyebabkan double entry accounting system. Pacioli mengakui tentang
kemunculan teorinya disebabkan karena hal itu telah tersebut benar-benar ada.
Jika kita lihat
sejarah ternyata dengan memakai Littleton’s Antecedent ini kita dapat
berpendapat lain. Apa benar sebelum tahun 1494 belum ada unsur materi dan
bahasa?. Sepanjang fakta sejarah jauh sebelum masa Reanaisance di Eropa,
didunia sudah mengenal sivilisasi yang bahkan lebih maju dari yang sekarang.
Seperti kebudayaan Romawi, Yunani, Islam (Arab), Mesopotamia, Parsi, Cina, dan
lain-lain yang membuktikan bahwa akuntansi sudah ada sebelum masa Pacioli.
Salah satu
tulisannya lagi meyatakan bahwa : “ dan ini sejalan dengan pendapat Inoue yang
menyatakan sebelum Pacioli, Benedetto Cortrugli sudah menulis masalah double
entry pada tahun 1458 M, 36 tahun sebelum terbitnya buku Pacioli.( Harahap,
1995:22)
2.
Hendrisken
Seorang guru
besar Amerika menulis sebagai berikut :....”the introduction of Arabic
Numerical greatly facilitated the growth of Accounting” yaitu bahwa
penemuan angka Arab sangat membantu perkembangan akuntansi. Kutipan ini
menandai bahwa sumbangan Arab terhadap perkembangan disiplin akuntansi sangat
besar sekaligus membuktikan bahwa akuntansi bukan berasal dari Barat.
3.
Kitab Suci Al-Qur’an
Pendapat itu
ternyata didukung oleh kitab suci Al-Qur’an yaitu QS. Al-Baqarah ayat 282.
Kemudian disebutkan dalam catatan kakinya bahwa muamalah itu diartikan bisa
kegiatan jual beli, utang piutang, sewa menyewa, dan yang lainnya termasuk
mengenai akuntansi.
Menurut
Littelon’s (dalam Boydoun, 1959) perkembangan akuntansi disuatu wilayah tidak
hanya disebabkan oleh masyarakat dilokasi itu sendiri, akan tetapi dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan lain pada saat atau periode waktu tersebut dan
dari masyarat lainnya. Mengingat bahwa Pacioli sendiri telah mengakui bahwa
akuntansi telah dilakukan satu abad sebelumnya dan sendiri menjadi salah satu
pusat perdagangan terbuka, maka sangat terbuka pertukaran informasi antara
pedagang muslim yang telah mengembangkan hasil pemikirannya dari ilmuwan muslim
lain. Lieber (dalam Boydoun, 1968) meyatakan pula bahwa para pemikir Eropa
memiliki pengetahuan tentang bisnis yang baik disebabkan adanya hubungan dengan
rekan bisnis muslimnya. Bahkan Have (1976) mengatakan bahwa Italia meminjam
konsep double entry dari Arab.
C.
Sejarah Akuntansi Syariah
Dari uraian diatas, diketahui bahwa akuntansi dimulai atau
dipelopori oleh Luca Paciolli pada abad ke-13. Namun sebelum Luca Paciolli
sebenarnya akuntansi telah dikenal melalui Rasulullah yang telah menggunakan
prinsip akuntansi dalam kesehariannya. Dan sejarah ini di mulai pada zaman
Rasulullah saw.
Pendeklarasian Negara Islam di madinah (tahun 622 M atau bertepatan
dengan tahun 1 Hijriyah) didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah
bersaudara, tanpa memandang ras, suku, warna kulit dan golongan, sehingga
seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan secara bersama dan gotong-royong di
kalangan para muslim.
Rasulullah sebagai kepala Negara yang merangkap sebagai ketua
mahkamah agung, Mufti besar dan panglima perang tertinggi yang juga bertanggung
jawab atas administrasi negara di Negara muslim atau yang disebut dengan Daulah Islamiyah tersebut, tapi bentuk
kesekertariatan Negara pada saat itu masih sederhana.
Pada saat itu Islam telah memiliki kebiasaan melakukan perjalanan
Kafilah 2 kali dalam setahun. Perjalanan pertama dilakukan pada musim dingin
dengan tujuan berdagang di Yaman, kemudian perjalanan kedua dilakukan pada
musim panas dengan tujuan berdagang di As-Syam (sekarang Syiria, Lebanon,
Jordania, Palestina,Israel).
Karena perjalanan perdagangan tersebut dalam perkembangannya,
Rasulullah mendirikan Baitul Maal, yaitu
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai bendahara Negara dan penjamin
kesejahteraan sosial. Lembaga keuangan tersebut telah menerapkan sistem
akuntansi keuangan atau pencatatan keuangan yang disebut dengan kitabat alamwal (pencatatan uang).
Dengan begitu secara tidak langsung berarti bahwa dalam Negara Islam akuntansi
telah lebih dulu dikenal dibandingkan akuntansi konvensional yang dikenalkan
oleh Luca Paciolli melalui bukunya yang berisikan dasar akuntansi pada tahun
1494 M.
Perbandingan lamanya akuntansi dikenal dalam Negara islam dengan
akuntansi dikenal oleh orang kebanyakan adalah 800 tahun lebih dulu, karena
akuntansi Islam telah dikenal sejak diturunkannya Al-Qu’an yaitu pada tahun 610
M sedangkan masyarakat kebanyakan mengenal akuntansi pada tahun 1494 M setelah
terbitnya buku Luca Paciolli.
Pada Masa itu Rasulullah telah mendidik beberapa sahabat rasul
mengenai pencatatan keuangan agar terdapat regenerasi yang dapat menggunakan
pencatatan keuangan secara lebih fokus dan khusus dalam administrasi Negara.
Dan para sahabat yang menangani hal tersebut memiliki sebutan Hafazhatul amwall pengawas keuangan. Diantara bukti
seriusnya persoalan ini adalah dengan diturunkannya ayat terpanjang didalam
Al-Qur'an, yaitu surah al-Baqarah ayat 282. Ayat ini menjelaskan fungsi-fungsi
pencatatan (Kitabah), dasar-dasarnya
dan manfaat-manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum.
Adapun tujuan
pembukuan bagi mereka di waktu itu adalah untuk mengetahui utang-utang dan
piutag serta keterangan perputaran uang, seperti pemasukan dan pegeluaran.
Juga, difungsikan untuk merinci dan menghitung keuntungan dan kerugian, serta
untuk menghitung harta keseluruhan untuk menentukan kadar zakat yang harus
dikeluarkan oleh masing-masing individu. Diantara undang-undang akuntansi yang
telah diterapkan pada waktu itu ialah undang-undang akuntansi untuk perorangan,
perserikatan, akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta (hijir), dan
anggaran negara. Selain untuk pencatatan keuangan tujuan lain yang ingin
dicapai melalui pembukuan adalah menghindari adanya riba, dan hal lain-lain
seperti penipuan, pembodohan, pemerasan ataupun yang lainnya.
Untuk
melaksanakan pembukuan atas transaksi-transaksi perdagangan pada masa tersebut,
ada yang dikerjakannya sendiri oleh para pedagang itu sendiri dan ada juga yang
dikerjakan oleh para Akuntan dengan cara membayarnya, yang pada waktu itu
Akuntan disebut dengan Katibul Amwal (pencatat keuangan) atau penanggung jawab keuangan
dimana fungsinya juga untuk membantu menjaga keuangan.
Pada masa
ini juga telah ada undang-undang Akuntansi yaitu undang-undang akuntansi
perorangan dan undang-undang akuntansi kelompok (syirkah). Bahkan pada saat itu di dalam muamalah sudah ada
peraturan-peraturan tentang riba (riba jahiliyah).
Setelah
meninggalnya Rasulullah maka semangat tersebut juga tumbuh dalam diri para
sahabat yang pernah hidup berdampingan langsung dengan Rasulullah saw. Dimulai dengan Abu bakar As-shidiq yang
menggantikan Rasulullah saw sebagai khalifah saat itu. Pada masa kekhalifahan
Abu bakar, banyak masyarakat yang menolak membayar zakat kepada negara. Pada
masa kekhalifahan Abu bakar sistem baitul maal sendiri masih sama dengan sistem
yang digunakan masa Rasulullah saw. Pada masa itu berapapun uang yang masuk ke baitul maal maka uang tersebut akan
langsung didistribusikan hingga tidak ada sisa.
Kemudian pada masa pemerintahan Umar bin
Khattab banyak sekali perkembangan ekonomi yang dijumpai dan dirasakan umat
islam. Beberapa Kebijakan Umar Bin
Khattab di bidang ekonomi yaitu dengan mengatur adiministrasi negara dengan
mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia, yaitu
dengan membagi pemerintahan menjadi 8 wilayah propinsi : Mekkah,
madinah, Syria, jazirah, basrah, Kufah, Palestina dan Mesir. Kemudian
dimasa Umar Bin Khattab ini pulalah didirikan departemen-departemen didalam
mengelola pemerintahan, ditertibkannya sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.
mendirikan Baitul Maal, menempa mata
uang dan menciptakan tahun hijriah.
Di masa Umar Bin Khattab, perkembangan bidang
ekonomi ini sangat berarti, wajarlah kita mengatakan bahwa Umar Bin Khattab ini
adalah ekonom yang sangat ulung dalam merencanakan perekonomian di masanya.
Di zaman Khalifah Umar Bin Khattab ini
telah ada pula Anggaran Pendapatan Negara, yang dizaman ini dikenal dengan
APBN. Umar Bin Khattab membaginya menjadi 4 bagian. , yaitu :
·
Bagian I :
Khusus untuk pengeluaran harta zakat, yaitu untuk kaum fakir, miskin, orang
yang menangani zakat, orang yang terpikat oleh islam, budak, orang yang
terjerat hutang, sbilillah dan Ibnu sabil.
·
Bagian II :
Khusus untuk pengeluaran dari 1/5 harta rampasan, yaitu untuk Allah SWT.
·
Bagian III :
Khusus untuk pengeluaran harta yang diserahkan kepada baitul mal berupa barang
temuan dan peningalan yang tidak ada ahli warisnya, maka sumber pemasukan ini
digunakan untuk memberikan infaq kepada kaum fakir.
·
Bagian IV: Khusus untuk pembiayaan kemaslahatan umum. Ini dibiayai dari
sumber pemasukan Jizyah, Kharaj dan ‘Usyur.
Selain adanya APBN, pada masa
pemerintahan umar juga mengenalkan istilah Diwan yang berfungsi untuk mengurusi pembayaran
gaji. Diwan ini berasal dari usulan Homozon seorang tahanan Persia, diwan ini
sendiri terdiri dari 14 departemen dan 17 kelompok dengan tugas dan bagian
masing-masing. Pada masa ini awal pembukuan dikenal dengan istilah jarridah atau jounal dalam bahasa inggris. Fungsi akuntansi sendiri telah
dilakukan oleh berbagai pihak dalam islam seperti Al-amel, mubashor dan Al-kateb
namun yang paling terkenal adalah al-kateb.
Sedangkan dalam masalah akuntan dikenal dengan nama Muhasabah- muhtasib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab
melakukan penghitungan.
Muhtasib adalah orang yang
bertanggung jawab atas lembaga Al-Hisba. Muhtasib ini bertugas menjelaskan
berbagai tindakan yang pantas dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. Tugas
mustahib juga termasuk mengawasi orang yang tidak shalat, tidak puasa, dan sebagainya.menurut
akram khan muhtasib memiliki 3 kewajiban:
1.
Pelaksanaan
hak Allah termasuk kegiatan ibadah: semua jenis shalat
2.
Pelaksanaan
hak-hak masyarakat: perilaku di pasar
3.
Pelaksanaa
yang berkaitan dengan keduanya. : menjaga kebersihan jalan.
Pada zaman kekhalifahan juga
telah dikenal keuangan Negara. Juga memiliki departemen yang disebut diwan, ada
diwan pengeluaran (Diwan an-nafaqat),
militer (Diwan Al-Jayash),
pengawasan, pemungutan hasil, dan sebagainya. Sedangkan diwan pengawas keuangan
disebut dengan Diwan Al-Kharaj yang
bertugas mengawasi semua hal yang berkaitan dengan penghasilan. Namun diwan itu
sendiri menbvakup semua aspek kehidupan tidak hanya aspek ekonomi atau
keuangan.
Demikian majunya
perekonomian di zaman Umar Bin Khattab dan ini merupakan prototipe dari
perekonomian islam sesungguhnya, maka pastilah semua perkembangan ekonomi
tersebut mempunyai bentuk-bentuk pencatatan, maka bisa dipastikan bahwa di
zaman Umar Bin Khattab ini telah ada Akuntansi islam, meski belum terlihat
langsung. Dan ini ibuktikan dengan adanya unsur utama dalam akuntansi yaitu
penegakan hukum agar tidak ada pelanggaran hingga bisa disebut dengan sistem
akuntansi ilahiyah atau auditor dalam
istilah akuntansi kontemporer.
Setelah kemajuan pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab maka perekonomian dilanjutkan oleh masa
pemerintahan Utsman Bin Affan, pada masa ini dia hanya melanjutkan dan mengembangkan kebijakan yang sudah diterapkan
khalifah kedua. Tetapi ketika menemui kesulitan-kesulitan – terlihat jelas
bahwa bakat mereka berbeda , dia mulai
menyimpang dari kebijakan yang telah diterapkan oleh Umar bin Khattab dan
mengakibatkan hal yang fatal.
Setelah
masa kekhalifahan Usman yang terbilang tidak mengalami perubahan, maka
perkembangan yang lebih komprehensif terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib. Khalifah Ali dalam
melaksanakan tugasnya mempunyai konsep yang jelas tentang pemerintahan, dia
mampu memberikan job description yang
jelas kepada semua elemen pemerintahan yang terkait dibidangnya, di masa
Khalifah Ali ini pula dengan jelas ali meminta kepada pejabat tinggi di
pemerintahannya untuk membentuk pengadaan bendahara, dengan demikian melekat
sekali tugas bendahara dengan accounting.
Ciri lain yang ditemui selama kepemimpinan
Khalifah Ali adalah administrasi yang baik
di Baitul maal Madinah, Busra dan Kufah. Sistem Distribusi dilaksanakan
pada setiap hari kamis, pada hari itu semua perhitungan telah diselesaikan dan
pada hari sabtu dimulai perhitungan baru. Mungkin cara ini dipandang terbaik
dipandang dari segi hukum dan keadaan negara yang sedang mengalami perubahan
kepemimpinan. Khalifah Ali meningkatkan tunjangan para pengikutnya di Irak.
D. Perkembangan Akuntansi Syari’ah setelah Masa Khulafaurrasyidin
1. Akuntansi di
masa Daulah Umayyah
Kekhalifahan umayah berkuasa dari tahun 661 – 750 M. Pada masa ini
diduga telah terdapat proses pencatatan semacam lembaga akuntan yang
memeberikan input data – data akuntansi dalam pengambilan keputusan oleh pihak
kerajaan. Hal ini di tandai dengan
terjadinya pergeseran dari negara yang demokratis menjadi monarchieheridetis (
kerajaan turun-temurun ), beberapa prestasi di bidang ekonomi, ekspansi
kekuasaan islam, selain itu bani umayyah juga berjasa dalam pembangunan di
berbagai bidang.
Pada saat Daulah Umayyah di bawah
kepemimpinan Abdul Malik, khusus profesi hakim adalah seorang spesialis di
bidangnya, selain itu abdul malik juga mengganti mata uang bizantium dan persia
dengan uang yang bertulisan arab. Keberhasilan khalifah Abdul Malik di ikuti
oleh putranya Walid Bin Abdul Malik ( 705-715 ). Dia membangun panti – panti
untuk orang cacat, semua orang yang telibat dalma kegiatan ini di gaji oleh
negara secara tetap. Dia juga membangun jalan – jalan raya yang menghubungkan
satu daera denga daerah lainnya, pabrik – pabrik, gedung – gedung pemerintahan
dan masjid – masjid megah.
Dengan adanya perkembangan pembangunan di
berbagai bidang pastilah di butuhkan pencatatan yang rapi, walaupun belum
adanya literatur memberikan informasi terdapatnya lembaga pencatatan dan
akuntan yang terlibat dalam proses pembangunan tersebut, namun dari indikasi di
atas dapat disimpulkan bahwa hal tersebut dicatat oleh lembaga tertentu yang di
tunjuk oleh kerajaan untuk memperlancar proses pembangunan tersebut.
2. Akuntansi di Masa Daulah Abbasiyah
Dikatakan sebagai jaman ke khalifahan
abbasiyah karena para pendiri dan penguasa kekhalifahan ini adalah keturunan al
abbas paman nabi Muhammad SAW. Kekhalifahan abbasiyah didirikan oleh abdullah
al saffah ibn Muhammad inb ali ibn Abdullah ibn abbas.
Beberapa catatan ekonomi yang dapat kita
temukan di buku sejarah pada masa pemerintahan ini adalah pada masa
pemerintahan Al-mahdi (775-785 M). Perekonomian mengalami perkembangan dengan
adanya irigasi, meningkatnya pertambangan emas, perak, tembaga dan besi serta
meningkatnya volume perdagangan melalui alur basrah. Dari perkembangan sektor
ekonomi ini maka bisa di pastikan semua aktifitas ekonomi ini membutuhkan dan
menggunakan pencatatan, namun memang bellum ditemukan pencatatan rinci yang
dilakukan pada masa ini, akan tetapi pastinya pencatatan telah digunakan pasa
masa kekhallifahan abbasiyah ini.
Daulah Abbasiyah,
132 – 232 H / 750 – 847 M memilliki banayak kelebihan dibandingkan yang lain
dalam mengembangkan akuntasi secara umum dan buku – buku akuntansi secara
khusus. Diantara contoh – contoh buku khusus yang dikenal pada masa itu yakni;
1. Daftarun Nafaqat (buku pengeluaran). buku Ini di simpan di diwan nafaqat
dan diwan ini bertanggung jawab atas
pengeluaran khalifah yang mencerminkan pengeluaran negara.
2. Daftaraun Nafaqat wal Iradat (buku pengeluaran dan pemasukan). Buku ini
di simpan di diwan al mal, diwan ini bertanggung jawab atas pembukuan seluruh
harta yang masuk ke baitul mal dan yang dikeluarkannya
3. Daftar Amwalil Mushadarah (buku sitaan). Buku ini di gunakan di diwan
mushadarin, diwan ini khusus mengatur harta sitaan dari para mentri dan pejabat
– pejabat senior pada saat itu.
Disamping apa yang telah disebutkan di
atas, kaum muslimin di negara islam mengenal pembagian piutang menjadi tiga
kelompok :
1. Ar – Ra’ij minal Mal ( piutang yang mungkin bisa didapat ) yaitu yang
sekarang dikenal ad-duyyunul jayyidah atau dalam b. Inggris biasa disebut collect
table debts.
2. Al – Munkasir minal Mal ( piutang yang mustahil untuk didapat ) yaitu
yang sekarang di kenal ad – duyyunul ma’ dumah atau bad debts /
uncollectable debts.
3.
Al – Muta’adzir wal Mutahayyir wal
Muta’akid minal Mal (piutang yang di ragukan untuk didapatkan) yaitu yang
sekarang dikenal dengan nama doubtful debts.
3. Akuntansi di masa Daulah Utsmaniyyah
Pada tahun 656 H/1267 M, Ustman anak Urtughril lahir. Ustman inilah yang
kemudian menjadi nisbat (ikon) kekuasaan khilafah Utsmaniyah. Kekhalifahan
Ustmani ini berlangsung dari tahun 1258 – 1924 M. dalam masa yang sangat
panjang ini banyak sekali sultan berkuasa dengan corak dan karakteristiknya
masing-masing.
Di antara karya-karya
tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan pengembangannya di negara Islam,
sebelum munculnya buku Pacioli, adalah adanya manuskrip yang ditulis pada tahun
765 H./1363 M. Manuskrip ini adalah karya seorang penulis muslim, yaitu
Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, dan diberi judul “Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat”.
Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istambul
Turki, tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang
akuntansi dan sistem akuntansi di negara Islam. Huruf yang digunakan dalam
tulisan ini adalah huruf Arab, tetapi bahasa yang digunakan terkadang bahasa
Arab, terkadang bahasa Parsi dan terkadang pula bahasa Turki yang populer di
Daulat Utsmaniyah. Buku ini telah ditulis kurang lebih 131 tahun sebelum
munculnya buku Pacioli. Memang, buku Pacioli termasuk buku yang pertama kali
dicetak tentang sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double entry), dan buku Al Mazindarani masih dalam bentuk
manuskrip, belum di cetak dan belum diterbitkan.
Al Mazindarani
berkata bahwa ada buku-buku--barangkali yang dimaksudkan adalah
manuskrip-manuskrip--yang menjelaskan aplikasi-aplikasi akuntansi yang populer
pada saat itu, sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul ”Risalah Falakiyah Kitab As Sayaqat”. Dia
juga mengatakan bahwa secara pribadi, dia telah mengambil manfaat dari
buku-buku itu dalam menulis buku “Risalah Falakiyah” tersebut.
Sistem akuntansi yang populer
pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang khusus bagi setiap sistem
akuntansi. Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat
transaksi keuangan Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyetaraan.
Menurut Al Mazindarani, sistem-sistem akuntansi yang populer pada saat itu,
yaitu pada tahun 765 H./1363 M. antara lain:Akuntansi Bangunan, Akuntansi
Pertanian, Akuntansi Pergudangan, Akuntansi Pembuatan Uang dan Akuntansi
Pemeliharaan Binatang.
4.
Akuntansi Syari’ah setelah Runtuhnya Khilafah Islamiyah
Runtuhnya khilafah islamiyah serta kurangnya perhatian
dari pemimpin – pemimpin islam oleh Negara –negara eropa telah termasuk di bidang mu’amalah keuangan. Pada
fase ini pekembangan akuntansi didomominasi oleh pemikiran – pemikiran barat.
Para muslim pun banyak yang menggunakan sistem akuntansi yang dikembagkan oleh
barat.
-
Setelah mengalami penurunan islam pun akhirnya bisa bangkit
kembali, sehingga bisa menjangkau bidang
mu’amalah secar umum, bidang – bidang financial secara khusus, serta lembaga –
lembaga keuangan secara khusus. Sekelompok pakar akuntansi telah melakukan
riset dan studi – studi ilmiah tentang akuntansi menurut islam. Perhatian
mereka lebih terkonsentrasi pada beberapa bidang, yaitu; bidang riset,
pembukuan, seminar atau konverensi, pengajaran di lembaga
-
lembaga keilmuan dan perguruan tinggi, serta aspek implementasi
pragmatis.
Berikut ini adalah sebagian dari usaha awal di masing – masing
bidang;
1.
Kebangkitan Akuntansi Islam dalam Bidang Riset.
Sudah terkumpul beberapa tesis
magister disertasi doctor dalam konsep akuntansi yang telah dimulai sejak tahun
1950 dan masih berlanjut sampai sekarang. Diperkirakan tesis dan disertasi
tentang akuntansi yang terdapat di al – azhar sampai tahun 1993 tidak urang
dari 50. Disamping itu telah juga dilakukan riset – riset yang tersebar di
majalah – majalah ilmiah.
2.
Kebangkitan Akuntansi Islam dalam Bidang Pembukuan.
Para inisiator akuntansi islam
kontemporer sanagat memperhatikan usaha pembukuan konsep ini. Hal ini di
lakukan supaya orang – orang yang tertarik pada akuntansi dapat mengetahui
kandungan konsep islam dan pokok – pokok penikiran ilmiah yang sangat berharga,
sehingga kita tidak lagi memerlukan ide – ide atau mengikuti konsep mereka (
barat ).
3.
Kebangkitan Akuntansi Islam di Sekolah–sekolah dan Perguruan Tinggi
Konsep akuntansi islam mulai masuk
ke sekolah – sekolah serta perguruan tinggi pada tahun 1976, yaitu di fakultas
perdagangan universitas Al – Azhar Kairo untuk program pasca sarjana, dalam
mata kuliah akuntansi perpajakan dan evaluasi akauntansi. Situasi seperti ini
terus beralajut, hingga tahun 1978 di buka beberapa jurusan dalam cabang
–cabang ilmu akuntansi islam di berbgai perguruan tinggi di timur tengah. Dan
hal ini berlanjut sampai sekarang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
4.
Kebangkitan Akuntansi Islam dalam Aspek Implementasi.
Implememtasi akuntasi Islam mulai dilakukan
sejak berdirinya lembaga -lembaga keuangan yang berbasiskan syari’ah. Hal ini
menyebabkan mau tidak mau lembaga keuangan syari’ah tersebut harus menggunakan
sistem akuntansi yang sesuai denga syari’ah. Puncaknya saat organisasi
akuntansi Islam dunia yang bernama accounting and auditing.
BAB III
KESIMPULAN
Akuntansi bukanlah berasal dari Barat akan tetapi
akuntansi muncul akibat adanya kontak antara ilmuwan Muslim dan ilmuawan Barat
ketika melakukan perdagangan. Banyak penulis- penulis barat yang mengklaimnya. Catatan tahapan sejarah perkembangan akuntansi Barat :
1.
Periode Awal.
Periode ini mekanisme atau metodologi akuntansi berbentuk tata buku
untuk mencatat transaksinya.
2.
Tahap Kedua
Tahap kedua ini adalah tahap pertumbuhan teori akuntansi. Pada
tahap ini secara perlahan mulai berkembang untuk meninggalkan tata buku.
3.
Tahap Ketiga
Tahap ketiga ini peranan akuntansi adalah dapat mengontrol
individualisme perusahaan yang tidak memerhatikan kepentingan sosial.
Sebenarnya akuntansi itu telah
dipakai mulai zaman Rasulullah dan para sahabatnya akan tetapi belum menjadi
sebuah disiplin ilmu yang dikenal oleh masyrakat luas atau zaman sekarang
karena orang lebih memakai sistem yang diklaim oleh Barat. Dibuktikan dengan
adanya Diwan-diwan yang mengurusi masalah keuangan dan administrasi negara.
Selain itu dengan adanya baitul Mal dan Kitabul Amwal.
Puncak adanya perkembangan akuntansi itu
terjadi pada Masa Khalifah Umar bin Khatab, kemudian redup kembali pada masa
Khalifah Utsman bin Affan, lalu hidup kembali di Masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib.
Pada
Masa Bani Umayah belum ada catatan khusus mengenai pencatatan akuntansi dalam
keuangan negara, baru setelah masa itu di zaman Bani Abbasiyah sudah ada
pembukuan secara khusus yang bersumber dari litetatur-literatur mengenai
akuntansi.
Tokoh-tokoh
yang berpengaruh :
Islam
·
Umar bin Khatab
·
Ali bin Abi Thalib
·
Abdul Malik
·
Al Mazindarani
|
Barat
·
Luca Pacioli
·
Littleton’s Antecedent
·
Venice
·
Benedetto Cortrugli
|
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri.
2004. Akuntansi
Islam. Jakarta: Bumi Aksara Cet.ke-4
Drs. Muhammad, M.Ag. 2002. Pengantar
Akuntansi Syari’ah. Jakarta: Salemba Empat. Ed.1
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi
Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
www.himasi.blogspot.com
Nurhayati dan Sri
Wasilah. 2008. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.